Berani Tampil Berbicara di Depan Khalayak Ramai Hukumnya Wajib!

Suaralam
4 min readOct 25, 2018

--

Tugas Diseminasi Khusus #7

Public Speaking menjadi softskill yang mulai harus diperhatikan. Bagaimana caranya tampil di khalayak ramai, bertutur kata dengan baik, dan sikap tubuh yang diperankan dikemas dalam materi nan menyenangkan yang dibawakan oleh Ka Wahyu Muqsita Wardana (FT’12).

Lantai dasar CC Timur dengan alunan gaung seakan memberi tanda halusinasi suara. Ka Wahyu rupanya, seorang yang telah lebih dulu saya kenal dari mulut ke mulut. Seorang non-himp, namun aktivis di kabinet. Bahkan, massa himpunan di jurusan tempat ia menimba ilmu pun sangat respect dengannya. Kontribusinya besar, katanya. Dan benar saja, impresi saya pun ternyata tak bedanya dengan penilaian orang.

Oke ceritanya begini: “Pada suatu hari, Si Abdan yang biasanya malu untuk tampil dihadapan orang banyak tiba-tiba saja memberanikan diri maju di depan kelas. Tidak seperti biasanya, ia mengambil pulpen pada saku seragam SMA-nya, mengayunkannya seakan pulpen itu menari di genggamannya. Kemudian berbicara sepatah kalimat di depan teman kelasnya. Persoalan saat itu pun terselesaikan saat itu juga. Abdan pun merenung, hmmm ternyata berani tampil dihadapan umum pengaruhnya begitu besar ya. Tidak habis pikir apabila saat itu tidak ada yang memberanikan diri maju di depan kelas, pasti masalah ga akan selesai”

Dari kejadian tersebut saya belajar dan terus mendalami substansi dari public speaking. Hari itu tepatnya, pertama kalinya saya dihadapkan dengan materi public speaking secara tatap muka.

Materi diklat hari ke-4 lebih banyak menjelaskan wangsit dalam public speaking. Terdapat empat pilar dalam melakukan public speaking:

Self Mastery

Tepatnya, Bagaimana sikap kita dihadapan audiens?
Sikap tersebut ditinjau dan dinilai dari beberapa aspek, diantaranya:

  1. Posisi
    Dalam memposisikan tubuh sebaiknya tidak membelakangi audiens, tidak terpaku pada satu tempat (biasakan bergerak dinamis), dan tetap awas dalam pergerakan
  2. Gesture
    Gesture tubuh sebaiknya natural, terhindar dari gerakan berulang, tidak melakukan gerakan yang menganggu, dan libatkan ekspresi wajah.
  3. Voice
    Volume suara sebaiknya terdengar jelas dengan intonasi yang kuat, kecepatan bicara tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, menggunakan jeda, serta pelafalan&artikulasinya jelas.
  4. Eye contact
    Terdiri atas tiga tahap: see, lock, leave.
  5. Practice
    Teruslah berlatih dengan perlengkapan yang digunakan seperti mic/proyektor dan jangan lupa untuk survei panggung!
  6. Relax
    Metodenya seperti ini: pause, smile, count to the three.
  7. Visualize
    Visualisasikan seakan dirimu sedang menyampaikan materi!
  8. Realize
    People want you to succeed!

Audience Mastery

Terdapat empat parameter dalam menilai penguasaan berbicara terhadap audiens:

  1. Who are your listener?
    Pendengar perlu diiidentifikasi demi keberlangsungan proses penyampaian materi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat usia, gender, latar belakang budaya, sikap, dan interest. Selain itu, cobalah untuk mengajak audiens berkelanan secara personal.
  2. Analisis audiens
    Bagaimana ekspresi, bahasa tubuh, dan respon audiens?
  3. Handling the audience
    Terdapat beberapa treatment terhadap audiens dengan tipe yang beragam, yang paling utama yaitu coba kenali lebih dulu tipe audiens tersebut. Tipe audiens terdiri atas:
    a. The Clown = Audiens yang sangat suka bercanda dan humoris. Cara mengatasi audiens dengan tipe clown yaitu sebisa mungkin mengikuti alur mereka dengan cara ketawa, memberikan jokes, serta berikan pertanyaan, dan sebagainya.
    b. The Sniper = Audiens yang suka menganggap remeh pemateri. Cara mengatasinya yaitu dengan memberikan kesan yang welcome terhadapnya dan dengarkan pendapatnya.
    c. The Snowman = Audiens yang lebih cenderung pendiam. Cara mengatasinya yaitu dengan berikan senyuman terhadapnya dan tanyakan pendapatnya.
    d. The Black Cloud = Audiens yang dari awal sudah mempunyai pemikiran negatif. Cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan metode kreatif dalam pendekatan dengannya, serta antusias dan suportif terhadapnya.
    e. The Unwanted Panellist = Audiens yang dapat men-drive audiens lain untuk sependapat dengannya, seringkali menunjukkan sikap negasi terhadap pembicara atau sebagai antitesisnya. Dalam menghadapi audiens seperti ini, ingat lagi bahwa pembicara memiliki kontrol penuh terhadap keberjalanan acara. Ajak diskusi apabila ia masih keras kepala.

Control Mastery

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

  1. Pilih subjek yang disuka
  2. Gunakan humor atau ice breaking dalam materi yang diberikan agar suasana tidak melulu kaku dan serius
  3. Ceritakan diri anda, dimulai dengan berkenalan
  4. Gunakan bahasa yang dimengerti, bahasa percakapan sehari-hari namun tetap ada batasannya.
  5. Aeroplane consept, yaitu memulai dengan “BANG” (buat opening yang seru) kemudian akhiri dengan “BOOM” dan rangkum poin-poin penting.

Slide Design

Impresi awal audiens terhadap pembicara biasanya ditentukan dari slide yang digunakan. Oleh karena itu, perlu didesain slide yang visualisasinya menarik. Hal tersebut dapat diperoleh dengan cara:

  1. Percantik slide
  2. Gunakan font yang jelas dan terbaca, pemilihan warna yang pas dan tidak norak, sertakan gambar, gunakan animasi, dan yang terpenting jangan lupa cantumkan referensi!

Keempat pilar public speaking tersebut yang akan mengelaborasikan kesinergisasian antara pembicara dengan audiens. Tulisan ini akan ditutup dari sebuah pertanyaan saya kepada Ka Wahyu

Q: “Ka, saat ber-DK dan nantinya menghadapi audiens yang sudah mind blocking lebih dulu karena punya pandangan yang berbeda dengan apa yang pembicara bawa, baiknya sikap pembicara gimana ya?”
A: “Hargai pendapatnya dulu, kemudian perlahan kita kita sisipkan argumen kita — sikap yang lebih benar itu seperti apa dan seterusnya. Perlahan, mereka pasti akan mengerti dan menghargai pendapat pembicara, akhirnya mereka akan antusias terhadap pembawaan materi yang disampaikan.”
Q: “ Tanggapan aja sih ka, yang dibenarkan itu pembicara yang menghargai audiens atau audiens yang menghargai pembicara?”
A: “Intinya, jika ingin dihargai, biasakan untuk menghargai lebih awal.”

#DiklatDiseminasiKhususAMI2019

--

--

Suaralam
Suaralam

No responses yet